Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2020

Tarian Adat Sumba 'Woleka'

Gambar
  Tari Woleka         Tarian adat Sumba yang berikutnya merupakan salah satu tarian tradisional yang sangat terkenal di Pulau Sumba. Tarian ini sering ditampilkan dalam berbagai kesempatan seperti penyambutan tamu, festival budaya, upacara adat, hingga pertunjukan seni.       Nama tarian ini adalah Tari Woleka. Tari Woleka    merupakan sebuah tarian yang diperankan oleh campuran penari pria dan wanita. Komposisi penarinya adalah 4 sampai 6 orang penari wanita dan 2 sampai 4 orang penari pria. Pertunjukan diawali dengan formasi para penari pria di bagian depan, diikuti oleh para penari wanita di bagian belakang. Dalam tarian adat Sumba ini, gerakan yang dibawakan penari pria dan penari wanita cukup berbeda. Para penari pria akan menunjukan tarian yang lincah sambil memainkan pedang sedangkan penari wanita menunjukan gerakan yang anggun.

Ritul ' Kalarat Wai '

Gambar
  Menelisik Ritual ‘Kalarat Wai’ Dalam Kebudayaan Sumba     Adapun orang Humba (Sumba) memiliki kepercayaan asli Marapu, mereka melakukan kegiatan ritual-ritual adat, seperti;  Kalarat Wai  (diambil dari bahasa Humba Kambera). Kalarat Wai  merupakan aktivitas religius aliran kepercayaan Marapu dengan melakukan persembahan di sumber mata air, bahkan hingga saat ini masih terus dijalankan oleh masyarakat penganut Marapu di Pulau Sumba.    Selain merupakan ibadah ucapan syukur, kegiatan ini juga sekaligus sebagai ibadah permohonan kepada sang pencipta agar senantiasa melimpahkan karunia air buat orang Humba. Sampai saat ini, masyarakat di kawasan tempat persembayangan masih mengkramatkan/melarang aktivitas pengrusakan di tempat mata air.Air dipercaya bersumber dari keberadaan hutan yang terbentang luas membungkus gunung-gunung di Sumba.

Mangenjing, Upacara memberikan persembaha kepeda Marapu

Gambar
  Mangenjing, Upacara memberikan persembahan kepada Marapu       Mangenjing merupakan upacara memberikan persembahan kepada Marapu. Tradisi ini dilaksanakan secara periodik oleh orang di kampung Adat Prainatang, Desa Mondu, Kecamatan Kanatang, Kabupaten Sumba Timur. Marapu dipercayai sebagai leluhur yang sederajat dengan “yang Kudus”. Informasi dari tokoh adat, rombongan Marapu berasal dari negeri leluhur Mehir – Madinah yang tiba di Prainatang setelah 44 tahun menempuh perjalanan. Sejarah perjalanan Leluhur masyarakat Prainatang diawali pada Tahun 43 sesudah masehi, inilah yang menurunkan orang Sumba dan seluruh tatanan peradabannya sampai saat ini.     Dalam pandangan orang Prainatang, Mangenjing adalah perjamuan mistis antara orang Prainatang dan Marapu . Dua hal penting yang diekspresikan dalam perjamuan Mangenjing yakni, pertama sebagai isyarat penyerahan total dan mutlak kepada Marapu sebagai alfa (awal) dan omega (akhir) kehidupan orang di Kampung Ad...

Pemakaman Jenazah Adat Sumba

Gambar
              Pemakaman Jenazah Adat Sumba             Dalam Marapu, sebutan untuk kepercayaan asli Sumba, kematian merupakan suatu perpindahan. Ketika seseorang meninggal, rohnya akan meninggalkan tubuh bagaikan udang dan ular menanggalkan kulitnya. Seperti yang tersebut dalam ungkapan adat ‘Njulu la kura luku, halubu la mandu mara’, yang artinya ‘Menjelma bagai udang sungai, berubah bagai ular darat’. Roh yang kekal diharapkan dapat mencapai Prai Marapu, alam baka atau surga tempat para leluhur Marapu berada. Namun, tiap roh akan sulit mendapat ketenangan jika belum dikebumikan dengan rangkaian upacara adat oleh keluarga yang masih hidup. Tiap jenazah dibungkus dengan kain-kain tenun terbaik dan dimakamkan dengan posisi duduk meringkuk, layaknya posisi janin dalam kandungan. Hal ini menyimbolkan kelahiran kembali sang jenazah di dunia arwah. Jenazah kemudian disemayamkan selama beberapa hari di beranda rumahnya...

Pajura / Pakujil

Gambar
  PAJURA/PAKUJIL                                                  Atraksi Ritual PAJURA atau PAKUJIL di  Wanukaka ini adalah tinju tradisional, sebagai rangkaian dari atraksi budaya PASOLA yang dilaksanakan 2 malam sebelum PASOLA. Hanya dengan mengandalkan keremangan sinar rembulan Atraksi PAJURA berlangsung diikuti oleh para pemuda dengan berbagai usia dari 14 desa yang ada di Kecamatan Wanukaka. Berbeda dengan tinju biasa, peserta PAJURA disini, menggunakan alang-alang sebagai sarung tangannya.

Tauna Usu Manua

Gambar
Tauna Usu Manua     Tauna Usu Manua  adalah  ritual adat Sumba Tengah  yang menunjukkan kekerabatan manusia dan hewan (ayam hutan) lewat mantra atau mistik untuk memanggil dan memberi makan di telapak tangan manusia di rumah adat khusus. Ritual ini biasanya dilakukan oleh masyarakat Desa Wendewa Selatan, Kecamatan Mamboro, Provinsi Nusa Tenggara Timur.  

Purung Ta Liangu Marapu

Gambar
  Purung Ta Liangu Marapu         Purung Ta Liangu Marapu  adalah  ritual adat masyarakat Sumba Tengah  yang ditujukan sebagai ungkapan yang diperlambangkan dengan Batu atau Emas yang akan mendatangkan berkah pada hasil panen dimasa yang akan datang.Jika Anda berminat, Anda dapat menyaksikan upacara adat Purung Ta Liangu Marapu di Desa Umbu Pabal, Kecamatan Umbu Ratu Nggay Barat, Kabupaten Sumba Tengah pada bulan Oktober setiap tahunnya.

Ritul Adat Pawolung Manu

Gambar
     Pawolung Manu            Pawolung Manu   adalah ritual adat masyarakat Sumba Tengah sebagai ungkapan rasa syukur yang di perlambangkan dengan 2 ekor ayam jantan yang di adu sebagai pertanda hasil panen di darat maupun di laut. Upacara ini biasanya dilaksanakan oleh masyarakat Desa Wendewa Selatan, Kecamatan Mamboro. Kabupaten Sumba Tengah, Provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia.

Purung Ta Kadonga Ratu

Gambar
       Purung Ta kadonga Ratu       Purung Ta Kadonga Ratu  yang berada di Desa Makata Keri, Kecamatan Katikutana, Kabupaten Sumba Tengah. Ritual ini dilaksanakan sebagai ungkapan rasa syukur untuk mengetahui musim tanam pada tahun berjalan, berhasil atau gagalnya panen di Kabupaten Sumba Tengah. Melalui tahapan adat yang ditandai oleh simbol adat lewat peragaan upacara adat Purung Ta Kadonga Ratu dengan menggunakan tombak budaya yang disebut Loda Pari dan Mehang Karaga. 

Ritual Tarik Batu Kubur

Gambar
   Ritual Tarik Batu Kubur           Menurutnya, masyarakat Sumba mengenal upacara tarik batu sebagai bagian dari tradisi menghormati leluhur karena prosesi penarikan batu kubur mulai dari tempat asal pengambilan batu menuju lokasi pemukiman warga merupakan fenomena yang sangat menarik. “Pada masa lalu ritual tarik batu kubur dilakukan sebanyak ratusan bahkan ribuan orang secara gotong royong karena batu dengan beratnya bisa mencapai puluhan ton maka kita langsung merasakan eksotik peradaban megalitik yang megah di depan mata,” ungkapnya.     Umbu mengatakan, seiring dengan perkembangan jaman, ritual tarik batu dengan tangan mulai dihilangkan. Masyarakat Sumba lebih memilih menggunakan alat berat seperti truk tronton atau excavator untuk menarik batu kubur dari asalnya menuju perkampungan. “Jadi meski berbeda cara pengangkutannya namun esensi  ritual tarik batu   tetap sama dengan mempersembahkan batu kubur sebagai penghormatan...

Rumah adat di Sumba

Gambar
  Tempat tinggal        Di kampung adat, penganut Marapu tinggal di rumah panggung beratap ilalang dan beralas kayu. Ada dua jenis rumah di sana, yaitu rumah besar (uma kalada) dan rumah biasa (ana uma). Uma kalada merupakan rumah pertama yang dibangun leluhur di sebuah kampung adat. Rumah tersebut ditinggali keturunan sang nenek moyang. Dalam sebuah kampung adat ada lebih dari satu uma kalada. Rumah-rumah besar itu dihuni kabisu, atau keturunan nenek moyang suku yang memiliki tanah adat. Kepala suku di kampung adat disebut Rato. Ia hidup bersama istri dan anaknya di uma kalada. Sementara ana uma adalah rumah bagi penganut kepercayaan Marapu yang lain. Walau tidak disebut rumah besar, namun ana uma memiliki bentuk dan ukuran yang sama dengan uma kalada. Rumah-rumah di kampung adat berdiri sejajar mengelilingi sebuah pelataran. Di pelataran itu, penganut kepercayaan Marapu biasa menggelar upacara adat atau ritual keagamaan di momen-momen tertentu.

Tradisi Batu Kubur Di Sumba

Gambar
  Batu Kubur Di desa adat dan pemukiman pelosok, warga masih terlihat bangunan batu berbentuk kubus yang dijadikan makam keluarga.  Jasad tak diletakkan terlentang, tetapi meringkuk seperti bayi yang berada dalam janin. Sebelum "disimpan" dalam kubur batu, jasad juga telah didandani oleh baju adat Sumba. 

Katopo

Gambar
  Katopo           Sumba tak identik dengan kekerasan, karena benda tajam yang disebut katopo itu merupakan aksesori yang memang biasa dibawa warga. Katopo berukuran sekitar 50 sampai 70 centimeter. Benda tajam tersebut diselipkan dalam kain yang melilit di pinggang. Bagi kaum pria, katopo juga sebagao simbol kejantanan. Baik pria dan wanita di Sumba menggunakan katopo untuk alat bantu bekerja, baik di ladang maupun di peternakan. 

Upacara kematian orang marapu

Gambar
     Kede – upacara kematian orang Marapu Kurang lebih setengah dari penduduk Sumba menganut kepercayaan Marapu yang percaya dengan adanya roh nenek moyang dan leluhur. Karena itu budaya dan adat Sumba banyak dipengaruhi oleh tradisi kepercayaan Marapu, termasuk upacara kematiannya. Kede merupakan upacara kematian orang Marapu dimana keluarga ataupun kerabat dari seseorang yang meninggal akan memberikan hewan ternak kekediaman yang meninggal. Berbeda dengan Belis, dalam Kede tidak ada batasan jumlah hewan ternak yang diberikan. Nantinya setelah hewan ternak diterima, pihak kelarga yang berduka akan menyembelih hewan tersebut lalu disajikan kepada para pelayat.

Belis Nona Sumba

Gambar
  Belis – adat seserahan yang diberikan pada mempelai wanita       Belis merupakan adat seserahan yang diberikan kepada mempelai wanita oleh pihak pria. Pria yang ingin meminang wanita Sumba harus memberikan sejumlah hewan ternak seperti sapi, kerbau, babi, hingga kuda Pasola. Jumlah hewan yang diberikan tergantung kesepakatan antara dua belah pihak. Semakin terpandang keluarga calon mempelai wanita, semakin banyak jumlah yang harus diberikan.

Tradisi Cium Hidung

Gambar
  Hongi – tradisi cium hidung Hongi merupakan tradisi cium hidung yang sarat akan makna bagi masyarakat Sumba. Hidung merupakan bagian tubuh manusia yang digunakan untuk bernapas. Dengan cium hidung berarti kita merapatkan wajah sedekat mungkin. Maka dengan itu seolah bukan hanya menunjukan kedekatan fisik tapi juga kedekatan dan pertukaran napas kehidupan. Tradisi cium hidung ini hanya dilakukan pada momen-momen tertentu seperti saat proses pelaksanaan tradisi perkawinan, pesta pernikahan, ulang tahun, hari raya besar keagamaan, pesta adat, hingga acara perdamaian.

Tradisi nyale dan Pasola

Gambar
Tradisi "nyale" dan pasola        Nyale  atau mencari cacing laut adalah tradisi yang wajib dilakukan untuk mendahului tradisi Pasola. Dikutip dari  Wikipedia Indonesia  tradisi nyale adalah salah satu upacara rasa syukur atas anugerah yang didapatkan, yang ditandai dengan datangnya musim panen dan cacing laut yang melimpah di pinggir pantai. Adat tersebut dilaksanakan pada waktu bulan purnama dan cacing-cacing laut/nyale keluar di tepi pantai. Bila nyale tersebut gemuk, sehat, dan berwarna-warni, pertanda tahun tersebut akan mendapatkan kebaikan dan panen yang berhasil. Sebaliknya, bila nyale kurus dan rapuh, akan didapatkan malapetaka.      Setelah tradisi nyale dilakukan pada malam hari, maka pada keesokan harinya akan diadakan tradisi  Pasola.  Pasola adalah atraksi menunggang kuda dan dilakukan saling melempar tombak antar dua kelompok yang berlawanan. Tombak yang digunakan juga bukan tombak yang tajam, namun tetap saja ak...

Adat istiadat Marapu kampung Tarung

Gambar
 Adat istiadat Marapu di Kampung Adat Tarung         Marapu merupakan sebuah kepercayaan lokal yang dianut oleh penduduk asli Pulau Sumba. Agama asli Sumba ini mengutamakan pemujaan kepada arwah-arwah leluhur dan nenek moyang. Marapu sendiri merupakan kata dalam bahasa Sumba yang berarti "yang dipertuan". Adat istiadat Marapu terlihat dalam berbagai bentuk, mulai dari filosofi rumah dan tempat pemujaan, upacara keagamaan, kesusastraan suci, hingga benda-benda keramat.       Tempat terbaik untuk mempelajari ritual Marapu terdapat di Kampung Adat Tarung. Kampung unggulan Pulau Sumba ini menjadi salah satu kawasan yang masih menjalankan keyakinan asli tersebut dengan baik. Di sini, filosofi rumah adat bersifat sangat kompleks serta mengikat sebagai bentuk perwujudan kepercayaan Marapu. Kampung ini juga memiliki rumah ibadah khusus untuk penganut kepercayaan Marapu. Kampung adat Tarung di Sumba. Dulunya, Kampung Adat Tarung menyimpan banyak benda-bend...

Tradisi makan sirih pinang

Gambar
  Tradisi makan sirih pinang      Bagi Orang Sumba,  tradisi makan sirih pinang atau "happa"  (dalam Bahasa Sumba Timur) merupakan lambang kekerabatan dalam pergaulan sehari-hari bahkan dalam berbagai acara seperti perkawinan dan kematian serta acara lainnya.  ini dilakukan dengan cara mengunyah buah pinang, sirih, dan kapur yang akan menyebabkan gigi dan mulut berwarna kemerahan. Jangan heran ketika anda berkunjung atau bertamu ke rumah penduduk orang Sumba, kamu akan disuguhkan sirih pinang yang merupakan simbol penghormatan dan keakraban.     Kemudian orang yang disuguhkan sirih pinang tersebut harus menerima suguhan itu, walaupun nanti diberikan kepada orang lain, dibawa pulang atau ditinggalkan pada tuan rumah atau untuk menghargai tuan rumah bisa juga dimakan tanpa kapur supaya mulut tidak berwarna kemerahan.

Kawin mawin

Gambar
Tradisi kawin antara "anak om dan anak tante" (sepupuan) diperbolehkan.      Satu hal lagi yang cukup unik dari Orang Sumba adalah mengenai tradisi perkawinan sedarah antara "anak om dan anak tante" (sepupuan) yang diperbolehkan bahkan sangat dianjurkan. Tradisi ini dilakukan dengan tujuan agar semakin mempererat hubungan kekeluargaan. Misalnya, anak laki-laki dari seorang perempuan Sumba boleh menikahi anak gadis dari saudara laki-lakinya. Pada umumnya, perkawinan sedarah merupakan hal yang tidak wajar bagi kebanyakan orang, namun menjadi wajar dan sah-sah saja bagi orang Sumba. Tradisi ini bukanlah menjadi suatu kewajiban yang harus ditaati oleh orang Sumba. Namun jika ada hubungan antara "anak om dan anak tante" (sepupuan) yang sedang terjalin, maka bagi orang Sumba hubungan tersebut sangat diperbolehkan. Satu hal lagi yang cukup unik dari Orang Sumba adalah mengenai tradisi perkawinan sedarah antara "anak om dan anak tante" (sepupuan) yang di...